Miris, Harga Sayur-mayur Kembali Anjlok
Foto: Portal Ekonomi
Ilustrasi kebun sayuran
Author: Rosmawati
Oleh Elis Rohayati*
Menjelang peringatan Hari Tani Nasional pada tgl 24 September lalu 2022 pekan lalu, petani sayuran di wilayah Kabupaten Bandung kondisinya memprihatinkan.
Alih-alih menjadi momentum yang menyenangkan, peringatan Hari Tani Nasional justru semakin terbalik ke belakang dari kata sejahtera sebab petani tercekik oleh naiknya harga oprasional.
Menurut seorang petani tomat yg berasal dari pengalengan, Risa (38), kenaikan ini disebabkan naiknya bahan bakar minyak (BBM).
"Sekarang kebutuhan petani semakin ikut terkerek. Selama ini, penghasilan dirasa tidak menentu dan sangat berat, ditambah lagi harga pupuk yang ikut meroket," ujarnya.
Sementara pupuk subsidi yang kerap diandalkan susah didapatkan. Dan mirisnya lagi, di tengah kenaikan biaya produksi petani dihadapkan dengan anjloknya harga di pasaran. Harga sayur-mayur anjlok diakibatkan penanaman komoditas pertanian yang seragam dan penyebab masalah utamanya adalah rantai distribusi yang terlalu panjang.
Namun komuditas seragam yang menjalankan suplai sayuran melebihi permintaan, bisa diatasi dengan distribusi yang merata ke daerah-dareah lain.
Hanya saja, perlu peran pemerintah untuk memotong rantai distribusi. Sehingga harga produksi pertanian pada level petani bisa sepadan dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan oleh petani.
Sulit juga, ketika kita berada dalam sistem yang rusak seperti pada saat ini, ketika pemerintah tidak bisa mengurusnya.
Berbeda dengan islam, ketika ada persoalan pasti bisa langsung teratasi dengan sempurna, karna islam lahir untuk menyelesaikan permasalahan hidup umar manusia di muka bumi.
Namun sayang saat ini Sistem Islam belum terwujud. Maka dari itu, kita harus mau berjuang dan memperjuangkannya agar islam segera tegak di muka bumi ini, sehingga masalah apapun akan teratasi. Wallohu a'lam bi showab.***
*) Penulis adalah anggota Komunitas Pena Bandung tinggal di Kabupaten Bandung
Editor: Ibnu